A brain dump

 

Rasa-rasanya, beberapa waktu belakangan ini banyak hal yang terlewati begitu saja. Hari-hari berlalu bagai awan yang tertiup angin. Lepas tidak berbekas. Banyak peristiwa yang tidak tertangkap dan saya apresiasi secara mendalam. Semua seolah menjadi terotomatisasi. Melakukan tanpa merasakan dan menjalani tanpa menjiwai. 

Padahal kalau dipikir-pikir, begitu banyak hal baru yang sangat menyenangkan dan layak untuk disyukuri. Namun, terkadang isi kepala saya yang sudah terkooptasi dengan bermacam agenda atau bayangan hal-hal yang belum terjadi membuat sesuatu yang harusnya ditangkap untuk dimaknai menjadi kabur. 

Sebuah kondisi yang cukup menyebalkan, tentunya. Sebab, katanya, mensyukuri dan merayakan kebahagian atau pencapaian kecil merupakan salah satu upaya untuk tetap waras di era yang makin sesak ini.


Setelah saya pikir, bisa jadi hal ini terjadi karena sudah lama saya tidak menulis. Ya, menulis ringan seperti ini, bukan menulis artikel-artikel serius yang malah bikin kepala nyut-nyutan. Menulis kejadian sehari-hari atau refleksi tentang anugerah yang disebut hidup. Menulis untuk menangkap dan merawat moment, atau mengabadikan rasa. Saya benar-benar butuh untuk menguliti diri sendiri lagi lewat tulisan-tulisan ringan yang barangkali masuk kategori sampah otak (brain dump). Menulis untuk menciptakan oase yang bisa saya minum sendiri saat kelelahan melakukan perjalanan lebih jauh nanti.

Jadi, mari kembali menguliti diri :)

Comments

  1. It is such a nice surprise to see an update from a friend di blog dan bukan sosmed. I'm tired of looking at Instagram hahaha. But agree. Aku pun merasa banyak hal-hal yang terlewati. Padahal kalau dipikir aku dulu (as if, ten years ago) hampir tiap hari nulis apa yang terjadi dalam keseharian, dan itu bisa jadi catatan dan pengingat buat diriku sendiri.

    Walau sekarang mikir gini, kayaknya belum tentu aku bakal balik nulis ringan di blog lagi. Update terakhirku saja Juli tahun lalu 😂🤚🏻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, sudah mampir, Yun. ayo kita budayakan menulis lagi di blog. Media sosial terlalu riuh untuk menulis beragam sisi yang butuh keheningan.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts