Kutukan


Pikiranku melayang tak menentu dengan mata tertuju pada satu titik. Sesekali keningku mengkerut memikirkan sesuatu. Sesuatu yang aku takutkan akan terjadi. Sebuah kutukan!

***
Binatang itu terlihat gusar tak nyaman diperhatikan banyak orang. Dia bolak balik arah tak menentu di dalam kandangnya yang sempit itu. bulunya yang seharusnya berkilau indah diterpa sang surya, kini terlihat kusam, seolah menandakan kedaannya yang kacau. Bulunya rontok berserakan diamana-mana. Beberapa bocah bersemangat mencoba mengambil beberapa helai bulu hijau tersebut.


Sedari tadi aku hanya terdiam memandang burung merak itu. Kertas dan bolpoint yang aku pegang juga masih kosong tak terisi. Aku menerawang jauh ke sebuah titik yang entah sebenarnya nyata atau tidak. Merak itu menyayat perasaanku, membayangkan bagaimana akhirnya keindahan menjadikannya terperangkap di dalam kandang pengap tersebut. 

Kutukan itu bernama keindahan! itulah yang terlintas di benakku. Lihatlah merak ini, keindahan yang dimilikinya membuatnya terkurung dalam penjara. Bulunya menjadi incaran para pemburu keelokan. Lihatlah contoh lain, harimau jawa yang telah punah kini. Keindahan kulitnyalah yang membuatnya tinggal nama. Lihatlah cendrawasih yang semakin sedikit jumlahnya, semua itu karena keindahan yang mereka miliki. 

Keindahan kadang membuat kita terpenjara dalam kehampaan. Lihatlah mereka yang berparas cantik dan tampan. Mereka sering kali menjadi sombong, terpenjara dalam asumsi mereka sendiri dan menciptakan komunitas eksklusif yang sukar ditembus orang lain.

Aku tiba-tiba menjadi paranoid dan menghubungkan hal tersebut dengan negeri permai ini. Aku takut mengingat sejarah. Bagaimana ibu pertiwi yang kaya dan indah ini diperkosa secara brutal oleh penjajah, dikeruk kekayaannya dan di peras hingga kering. Hingga kinipun penjajahan di negeri hijau ini masih saja berlangsung. Penjajahan teknologi, penjajahan intelektual, penjajahan moral, penjajahan budaya, dan penjajahan lainnya. Dan sekali lagi, semua itu terjadi karena keindahan, ya keindahan adalah kutukan.

Aku takut, benar-benar takut bahwa karunia tuhan yang benama keindahan yang dilimpahkan di negeri inilah yang nantinya menjadi sumber kehancuran negeri ini. Aku takut membayangkannya. Membayangkan bagaimana tangan-tangan kotor nan rakus menjamah keindahan ini, mencerai beraikannya dan membenamkannya dalam lumpur. Duhai.....
***
Ku gerakkan bolpoinku di atas kertas putih yang sudah cukup lama aku pegang itu, perlahan tapi pasti membentuk pola yang oleh manusia modern disebut huruf. Perlahan menjadi kata, lalu terangkai menjadi kalimat pengharapan. 

“Tuhan, jangan kau biarkan keindahan menjadi kutukan bagiku, bagi negeriku, dan bagi semua orang yang kau limpahi keindahan” aamiin.

Comments

Post a Comment

Popular Posts