Benteng Janda
Aku selalu kagum
dengan wanita. Bagiku wanita adalah mahluk yang sangat kuat. Mereka diciptakan
bukan untuk sekadar melengkapi laki-laki, tapi mereka adalah menenang, pengarah, hingga ibu bagi laki-laki. Karena memang, menurutku, setua apapun lelaki dia akan selalu
membutuhkan sosok seorang ibu. Lelaki akan selalu menjadi bocah dihadapan
seorang wanita. Dan memang begitulah kiranya. Lelaki akan menjadi kucing yang
patuh kepada wanita yang tepat, yang mengetahui dan mengerti dirinya.
Bisa jadi pandanganku
ini terasa sangat subjektif, karena memang aku tumbuh besar dilingkungan
wanita. Ibuku, dan ketiga kakak perempuanku adalah sumber pembelajaran utamaku.
Aku menyerap ilmu hidup dari mendengar cerita, melihat tingkah polah hingga
meresapi sedikit dari dalam dan luasnya perasaan mereka. Semua pengalaman dan
kisah hidup tersebut akhirnya terakumulasi dan mengendap di pikiranku. Ketika
aku beranjak dari rumah, dan melihat realita, pandanganku terhadap wanita malah
makin kuat. Aku menganggap mereka makhluk yang kuat. Sangat kuat.
Satu cerita,
dari ribuan cerita yang membuat rasa hormatku terhadap wanita semakin tinggi
adalah, cerita tentang benteng janda yang ada di Aceh. Kita tahu bahwa Aceh
adalah salah satu daerah di Nusantara yang sangat terkenal dengan kisah-kisah
kepahlawanannya. Rakyat Aceh sudah sangat akrab dengan pertempuran sejak zaman
dahulu. Mereka adalah salah satu suku di Indonesia, yang sangat berani
menyerang kompeni atau musuh-musuh yang lain yang bertindak semena-mena kepada
mereka.
Keberanian mereka
mendapat jatah dalam novel Pram, Bumi Manusia. Salah satu karakter, Jean Marais,
seorang lelaki asal Perancis yang menjadi tentara Kompeni mengatakan bahwa
perang dengan rakyat Aceh telah membuat pasukan Kompeni frustasi.
Mereka yang secara matematis unggul segalanya, ternyata dibuat kalang-kabut
dengan semangat rakyat Aceh yang menggelora. Nyali mereka yang tidak takut mati
membuat pasukan Kompeni harus memutar kepala untuk meredam pemberontakan demi
pemberontakan rakyat Aceh. Walaupun tergolong novel, cerita yang ditulis sosok
sekaliber Pram, tentu saja telah mengalami riset yang dalam.
Lebih jauh lagi,
salah satu bukti otentik yang masih bisa kita temukan yang merekam kisah heroik
masyarakat Aceh, dan juga sekaligus menunjukkan kekuatan wanita adalah benteng Inong Balee1 yang ada di Aceh. Inong balee dalam Bahasa Aceh berarti Janda, dan sesuai
namanya, benteng ini memang berisi para wanita yang telah ditinggal mati oleh
suaminya dalam perang melawan Portugis.
google image |
Benteng ini
dibangun oleh Keumalahayati, atau yang lebih dikenal dengan Malahayati. Sosok
perempuan ini adalah kepala dibalik pasukan wanita Aceh. Sejak kecil, Malahayati
yang lahir di kalangan istana, telah seringkali diajak ayahnya, Muhammad Said
Syah, ke medan perang. Mungkin hal inilah yang membuatnya menjadi sosok
pemberani. Setelah menyelesaikan akademi militer di Mahad Baitul Makdis, dia
ditunjuk sebagai kepala penjaga istana selama masa kepemimpinan Sultan Mukammil
Alauddin Riayat Syah IV. Malahayati yang kehilangan suaminya dalam ekspedisi
melawan Portugis, bersumpah untuk membalas dendam atas kematian suaminya.
Keumalahayati |
Ia lantas memimpin
pasukan Inong Balee yang terdiri dari para wanita yang kehilangan suaminya
dalam perang. Awalnya, pasukan Inong Balee hanya terdiri dari seribu janda
perang Portugis di laut Haru. Kemudian seiring perjalanan, pasukan ini
bertambah besar, mencapai dua ribuan orang. Pasukan ini tidak lagi terdiri dari
mereka yang kehilangan suaminya, namun juga para gadis yang terpanggil perang
untuk Aceh.
google image |
Benteng Inong
Balee, yang terletak di di bukit kecil sekitar teluk Krueng Raya ini telah
menjadi saksi bisu akan cerita kepahlawanan wanita Aceh, Wanita Nusantara, dan wanita secara luas. Potongan kisah yang melegenda itu menegaskan bahwa memang
wanita adalah sosok yang sangat kuat dan patut dihormati.
Aku yakin bahwa
diluar sana, masih banyak sekali kisah-kisah hebat perempuan yang belum kita
ketahui. Kisah-kisah kisah inspiratif yang membuka mata, dan membuat kita
setuju bahwa memang wanita itu..... istimewa.
1. Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia. 2012. Forts in Indonesia. Jakarta: Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia
Tulisan yg historis, menarik man.
ReplyDeleteTengs, brader
DeleteAku suka janda, eh Anu, tulisanmu maksude
ReplyDeleteHemmm kejujuran yang akhirnya terungkap
Delete