Gatara


Project ini berawal dari virus yang sepertinya berhasil diendapkan kala kami berada dalam masa kuliah dulu. Saat itu virus yang memicu kegelisahan tentang kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan lokal, menyeruak memenuhi dinding kepala kami. Kepala-kepala yang masih sibuk mencari arti. Kami yang kebetulan direkat oleh hobi dan concern yang serupa, akhirnya terinfeksi  semua. Virus tersebut kemudian tumbuh menjadi pohon yang mengganggu pikiran. Selalu membayangi dan menggugat untuk segera ditangani.



Itulah awal dari GATARA, sebuah project yang lahir dari upaya untuk membunuh virus menyebalkan tersebut. Seperti yang tertulis diatas, bahwa project ini terdorong dari fakta-fakta di lapangan yang menunjukkan semakin termarjinalisasikannya kebudayaan dan warisan asli bangsa, ditengah bangsa kita sendiri. Kebudayaan nenek moyang yang semakin asing dan terkesan kuno di mata manusia modern, serta semakin “sakaw” nya kita terhadap budaya asing. ironis. Padahal, apabila kita mau menyelami budaya kita sendiri, kita akan menemukan mutiara-mutiara yang bisa kita gunakan untuk bekal menjalani dan menelaah hidup. 
  
Lewat GATARA, kami mencoba mendekatkan kepingan kebudayaan tersebut kepada semua. Tentu saja dalam porsi yang tidak seberapa. Kami berfokus pada pemuda, sehingga kaos menjadi pilihan utama. Gatara mencoba mentransformasikan potongan budaya, kedalam desain kaos. Harapan jangka panjangnya tentu saja bahwa GATARA akan menjadi semacam gerbang awal bagi kita semua untuk mengenal dan mencintai lagi kebudayaan bangsa kita. Dan itu dimulai dari kaos yang memuat nilai budaya.

GATARA, yang merupakan akronim dari Garuda Nusantara, mempunyai tiga visi yang menjadi landasannya. Visi tersebut kami sebut 3P yang bermakna People-Preservation-Profit. Dengan visi ini kami berusaha untuk menjadikan GATARA sebagai bukan sekedar bisnis yang menyasar laba. Namun bagaimana unsur kontributif, baik untuk preservasi budaya maupun membantu mereka yang membutuhkan, juga hadir dalam setiap gerak usahanya. Unsur preservasi tentu saja berasal dari desain dan tema yang kami angkat, yakni tentang budaya, sedangkan unsur social berasal dari pengalokasian beberapa persen laba untuk mereka yang membutuhkan. Tiga hal tersebutlah yang menjadi motor dari project ini. Tentu saja kedepannya kami ingin project ini lebih berkembang. Kami ingin GATARA menjadi sebuah jendela kecil untuk melihat beragam dan indahnya kebudayaan Indonesia, serta berkontribusi lebih besar lagi untuk masyarakat. Bagaimana caranya? Sudah ada draftnya.

_____________

Oh iya, sedari tadi kata “kami” selalu terulang di tulisan ini. Tentu saja menjadi kurang elok bila tidak diungkapkan, kepala siapa saja yang ada dibalik GATARA. Baiklah, pertama ada Sayit A. A. Seorang pemuda dengan gairah petualang yang tidak pernah habis. Walaupun keliaran imajinasinya kadang melampaui batas, namun pemuda tuna asmara ini merupakan bagian vital dari GATARA. Saran-saran tentang desain dan hal mendasar lainnya sering kali meluncur darinya. Kedua, ada Debbi Candra Dianto. Dengan luasnya pemahaman tentang hidup, pria omnivora ini memainkan bagian paling urgent dari GATARA. Mantan anak Band yang sudah tobat ini memegang bagian pemasaran dan tethek bengeknya. Dan terakhir ada saya sendiri, yang bertugas untuk berleha-leha dan pengawas mereka berdua, heuheu…..

Sayit & Debbi



Comments

  1. Subhanallah ya akhi. Menarik sekali tulisannya tentang gatara ini... Semoga dilancarkan usahanya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.. Tengkyu yans.. Semoga dilancarkan juga yang sedang kamu usahakan

      Delete

Post a Comment

Popular Posts