Uneg-Uneg Dari Perpusnas



Beberapa hari yang lalu saat sedang berada di Jakarta, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Ini adalah kali pertama aku mengunjungi perpustakaan dengan bangunan tertinggi di dunia tersebut. Selain museum, aku cukup senang berada di perpustakaan. Walaupun tidak benar-benar membaca disana, bagiku, sekedar dikelilingi banyak buku cukup bisa membuatku merasa nyaman. Aroma kertas tua yang kadang menguar dari buku juga mampu menciptakan sensasi tersendiri. Memandang buku-buku yang berjajar seolah memandang sosok-sosok pemikir yang telah melebur menjadi tinta abadi.

Bersama kawan lama, yang juga berperan sebagai guide, aku mulai memasuki area Perpusnas tersebut. Setelah melewati gerbang security, pandanganku langsung terperangkap oleh hiasan-hiasan dinding yang ada di sana. Beberapa foto dan pernak-pernik unik yang tersebar di sekeliling ruangan memberikan kesan artistik. Lampu-lampu yang diseting sedemikian rupa membuat ruangan ini terkesan hangat. Memang area lobi yang berbentuk rumah lawas ini diperuntukkan untuk instalasi seni. Maka tak heran bahwa ada banyak sekali barang yang akan memanjakan mata para penyuka barang antik disana.

Keluar dari bangunan rumah lawas tersebut, terpampanglah gedung utama Perpusnas RI. Gedung dengan 24 lantai operasional yang sangat megah dan modern ini sekilas lebih mirip mall daripada sebuah perpustakaan. Di bagian depan gedung tersebut, terpampang tulisan “Perpustakaan Nasional Republik Indonesia” dalam beberapa Bahasa. Saat memasuki basement, kami disuguhi rak buku yang super tinggi, menjulang hingga lantai 4. Escalator dan lift yang tersedia disana juga memanjakan mobilisasi pengunjung perpustakaan tersebut.

Saat itu, karena keterbatasan waktu, hanya tiga lantai yang kami kunjungi. Pertama lantai 4 yang berisi kantin dan ruang pameran, lalu lanjut ke lantai 9 yang berisi koleksi naskah Nusantara dan selanjutnya lantai 24 yang berisi buku-buku budaya Nusantara. Ketiga lantai yang aku kunjungi tersebut benar-benar jauh dari kesan kaku dan kusam yang sering kali perpustakaan di Indonesia tawarkan. Konsepnya yang modern, kebersihannya, fasilitas, tata letak yang rapi, serta petugasnya yang selalu standby membuat perpustakaan ini layak dijadikan tujuan saat berada di Jakarta. Perpustakaan ini juga sering kali mengadakan pameran serta kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kehidupan literasi. Sehingga tidak mengherankan bahwasanya perpustakaan ini tidak pernah sepi dari pengunjung.

________

Selesai mengunjungi perpustakaan ini, ada dua hal paradox yang mengambang di kepalaku. Pertama tentu saja perasaan bangga, karena perpustakaan semegah ini ada dan berdiri di Indonesia. Namun di sisi lain, ada rasa prihatin yang diam-diam menyusup. Gedung perpustakaan tertinggi di dunia yang (mungkin diharapkan) menjadi symbol intelektualitas, geliat literasi dan tradisi berfikir kritis ini belum mampu secara menyeluruh menjadi representasi dari kondisi dan kehidupan literasi yang ada di negeri ini, Indonesia.

Aku secara pribadi berdoa, agar perpustakaan sebagus ini suatu saat tidak hanya bisa ditemui dan dinikmati di Jakarta saja. Seharusnya setiap kota juga mulai berbenah memperbagus perpustakaan dan menghidupkannya dengan berbagai kegiatan yang interaktif. Semoga saja dengan rangsangan seperti itu, rangking literasi negeri ini bisa sedikit terobati.





Comments

Popular Posts