Gula
Gula menjadi perbincangan hangat dalam berberapa waktu terakhir ini. Gula ditengarai menjadi musabab dari berbagai penyakit kronis yang menggerogoti kesehatan manusia Salah satu yang paling populer adalah Diabetes. Di ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama penderita diabetes tipe 1, dengan jumlah total 41,8 ribu orang (databoks.katadata.co.id). Hal ini patut diwaspadai karena saat seseorang terkena penyakit gula, individu tersebut akan sangat rentan terhadap penyakit degenerative lainnya.
Berbincang tentang gula tentu saja tidak bisa asal-asalan. Kita harus bisa
memahami secara komprehensif persoalan tentang gula ini. Oleh karena itulah
pada kesempatan pertama ini saya menuliskan tentang Gula. Oh, iya, penjelasan ini
adalah ringkasan dari video dari institute of human anatomy. Namun, tulisan ini tentu hanya akan menyoroti bagian
yang sederhana saja agar lebih melekat di kepala saya sendiri.
![]() |
Gula (Sumber: Pixabay) |
Oke, kembali ke gula. Sering kali ketika berbicara tentang gula, kita
terbayang bentuk gula pasir yang ada di dapur kita. Tidak salah memang, namun
dalam istilah biologi, gula sebetulnya jauh lebih luas dari itu. Singkatnya, Gula
adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari makanan. Sehingga nasi, buah,
roti, sayur dan jenis makanan lain yang mengandung karbohidrat ketika
dikonsumsi akan diproses menjadi gula.
Nah, yang perlu diketahui adalah bahwa karbohidrat ini dibagi menjadi dua
berdasarkan susunan kimiawinya, yakni karbohidrat kompleks dan karbohidrat
sederhana. Sebelum tubuh dapat menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi,
tubuh harus memecah karbohidrat ini menjadi gula menggunakan enzim amilase.
Perlu diingat bahwa tubuh hanya bisa menyerap bentuk monosakarida, atau glukosa
dan fruktosa yang terpisah. Nah, proses pemecahan karbo menjadi gula ini
membutuhkan waktu yang berbeda antara karbo kompleks dan sederhana. Singkatnya
karbo kompleks membutuhkan waktu lebih lama untuk proses pemecahan dan lebih sustain
apabila dibandingkan dengan karbo sederhana.
Persoalannya adalah gula dapur atau pemanis buatan adalah jenis yang bisa langsung dipecah menjadi gula. Gula ini akan didistribusikan ke dalam darah secara cepat dan oleh karena itu konsumsi ‘gula’ secara berlebih akan menciptakan sugar spike atau rollercoaster gula yang tidak stabil yang mempengaruhi level kadar gula dalam darah.
Gula yang didistribusikan darah ini kemudian akan melewati liver. Liver
yang super pekerja keras ini akan berusaha menyimpan kelebihan kadar gula pada
tubuh menjadi sumber cadangan energi yang disebut dengan glikogen. Liver dapat
menyimpan hingga 100 gram glikogen. Namun, saat kadar gula masih tinggi dan
kapasitas glikogen sudah terpenuhi, badan akan mendistribusikan gula ke seluruh
tubuh.
Kadar gula yang tinggi dalam darah lantas membuat pankreas merilis insulin
yang berfungsi sebagai sinyal bagi sel tubuh untuk menyerap kelebihan gula yang
ada di dalam tubuh kita. Nah, menariknya bagian tubuh yang mampu menyerap
kelebihan gula darah ini adalah otot rangka (otot). Otot mampu menyerap gula
dan menyimpannya dalam glikogen hingga 400-500 gram! Tentu saja ini sangat
bergantung pada kapasistas otot. Semakin besar masa otot maka semakin besar
pula kapasitas glikogen dalam menampung gula.
Nah, masalahnya adalah, konsumsi karbo kita biasanya over. Hal ini
membuat baik liver maupun otot tidak bisa menampung kadar gula dalam tubuh.
Kelebihan gula inilah yang kemudian disimpan menjadi lemak. Lemak ini biasanya
terasosiasikan dengan beragam masalah kesehatan, mulai dari diabet itu sendiri,
hingga persoalan kardiovaskular.
Barangkali kita bertanya, bila gula dapur dan sumber makanan lain,
katakanlah sayur dan buah akan sama-sama diubah menjadi gula, lantas kenapa
satunya lebih baik dari yang lain? Jawabannya tentu karena gula dapur adalah karbo
sederhana yang akan secara cepat diserap tubuh, sementara sumber makanan
lainnya merupakan sumber karbo kompleks yang butuh waktu lebih untuk
penyerapan. Selain itu, gula dapur sering kali dimaknai dengan zero calorie
yang berarti gula jenis ini tidak memberikan rasa kenyang dan less
nutritious. Sementara sumber makanan yang lain, mengandung nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini mampu membuat kita bisa merasa kenyang lebih
lama, dan lebih sehat.
Oh iya, di bagian akhir video juga sedikit dijelaskan tentang olahraga yang cukup membantu badan meregulasi kadar gula darah di dalam tubuh kita. Olahraga, selain memperbesar glikogen otot yang berarti memperbesar kapasistas penyimpanan gula darah juga menjadikan sel tubuh/otot lebih sensitive terhadap insulin. Hal ini berkebalikan dengan kondisi diabetes yang membuat badan kita menjadi resisten dengan insulin sehingga sel di badan tidak mau menyerap gula dalam darah. Yang lebih menarik adalah ternayata olahraga (weight lifting) mampu membuat otot kita jauh lebih sensitive terhadap gula sehingga tanpa pankreas merilis insulin pun, otot mampu menyerap gula darah dan menyimpannya dalam glikogen.
Comments
Post a Comment