Arbanat

Kisah pejalan yang 
setia menjual arbanat
Yang kakinya pecah bagaikan sawah di musim kemarau
Dengan peluhnya yang menerobos
dari sela-sela rambutnya yang mulai memutih,
yang setia menggesekkan alat musik yang
sudah berusia senja itu,
suaranya musiknya yang terbatuk,
pilu dan parau seolah menggambarkan suasana hatinya,
dan hati manusia pada umumnya.

Bagi anak-anak, ia hanya hiburan
Gula-gula Arbanat sinonim keceriaan
Sedang bagi dewasa,
Gesekan pilu arbanat itu lah yang menguras hati 
Banyak kaum dewasa memeras air mata diam-diam
Beberapa tertegun mendengar suara sumbingnya
Ada yang terisak dalam kamarnya dan memilih menikmati pilunya

Sendirian

Bersanding suara berat arbanat
Yang hanya satu-satunya melodi yang dapat mengerti muatan hati mereka
Suara arbanat itu menjadi dirindu
Sebagai pemecah gumpalan yang tak menentu di kalbu
Pengiring untuk mengurai kemelut hati
.
.
Tapi semua itu dulu.
Kini langkah gontai tukang arbanat itu telah hilang di jilat jaman
Musik sendu pudar dibawa angin perubahan
Pun, kata arbanat menjadi asing
hingga anak-anak bertanya, 
"Apa itu Arbanat, Bu?"
Dan arbanat dan cerita tentang penjualnya telah menjadi
legenda yang pasti akan dilupa



10 Oktober 2017  

Comments

Popular Posts