Tak Punya
Aku lihat
sekelilingku, di desaku
Sawah terhampar,
perkebunan tersaji
Tapi, semua
bukan milikku, atau milik
Orang-orang
kampungku.
Semua milik
orang-orang jauh.
Kemarin,
aku dapat kabar dari karibku
Di kota.
Dia berkisah
bahwa disana gedung-gedung
Berdiri angkuh,
menjejak bumi, dan mengobrak-abrik langit.
Namun dia
bilang,
bahwa
bangunan dingin itu bukan miliknya
Juga bukan
milik keluarga atau teman sesukunya
Gedung itu
angker, sehingga harus dijaga orang-orang berbadan super.
Tak tertembus,
Padahal gedung-gedung
itu
Menjejak bumi
mereka dengan semena-mena.
Lalu petang
harinya aku dapat surat dari pamanku
Di ujung
sana, yang jauh dari ibu kota
Dia bertutur,
Disana mulai
dibangun pertambangan.
Mesin-mesin
besar didatangkan,
Perut bumi
dikoyak tanpa aturan
Orang berbahasa
asing berduyun-duyun
Namun orang
asli hanya manyun.
Menatap nanar pada mesin
dan orang asing
dan orang asing
Sambil
sesekali, dengan diam-diam mencari tahi limbah tambang
Meskipun tak
jarang umpatan dan ancaman orang tambang,
Yang entah dari mana datang
Mengiris dan memanggang
Hatinya yang kini tak tenang.
Hatinya yang kini tak tenang.
Beberapa minggu
yang lalu,
Aku mendapat
cerita dari budheku
Di pesisir
sana.
Dia mengeluh
pilu, bahwa banyak kapal berbendera aneh
Bertebaran di
lautnya.
Dengan kapal-kapal
gemuk, dan jaringnya yang serakah.
Ikan-ikan
gerah, dan akhirnya pergi berpindah.
Hari ini, seorang
sepuh menumpahkan gundah
Dia telah
mewakafkan hidupnya untuk menjaga
Warisan leluhurnya.
Tapi katanya,
kini mereka terdesak, terancam
Tak dipedulikan.
Mereka meratapi pemuda
Yang memuja budaya
yang bukan milik mereka
dan tak jarang mengutuk kasar kepada peninggalan leluhurnya.
Lalu, karena
muak dan pusing dengan cerita dan keluhan mereka
Aku makan
saja.
Dengan nasi
dan lauk istimewa:
Nasi, ikan, dan sambalnya
Tidak lupa sayur asam yang menggoda
Saat nasi hampir masuk ke mulut
Nasi, ikan, dan sambalnya
Tidak lupa sayur asam yang menggoda
Saat nasi hampir masuk ke mulut
Otakku sekonyong-konyong berkata
“Tunggu dulu,
apa kamu ndak mikir!”
“Beras ini
punya siapa, dari tanah mana?”
“Cabe di
sambalmu itu dari keringat petani negara mana?”
“Lantas, garam di sayurmu itu
import dari mana?”
Dan seketika
aku sadar,
Bahwa aku, dan
semua yang telah bercerita
Tak punya
apa-apa, ditengah semua yang ada.
Comments
Post a Comment