Hidup Dua Kali
Dari
sekian banyak grup WhatsApp yang ada di ponselku, ada sebuah group WhatsApp
yang anggotanya adalah orang-orang ‘gila’ yang mempunyai cara berteman yang
aneh. Menu utama dari grup ini adalah saling bully antar anggota. Entah itu
dengan cara mengedit foto, menunggah ulang status facebook yang sudah sangat
usang atau mungkin hal-hal sepele yang dimanipulasi sedemikian rupa, hingga hal
tersebut layak dijadikan peluru untuk membully anggota lain.
Entah
bagaimana ceritanya hingga grup ini berubah menjadi grup miskin manfaat seperti
sekarang. Seingatku, dulu grup tersebut adalah grup tempat berbagi info tentang
skripsi, dan juga agenda jalan-jalan. Namun sedikit demi sedikit fungsi grup itu
bergeser menjadi sarana mengekspos kebusukan anggotanya! Dan anehnya, kami semua
malah ngakak ketika foto-foto atau screenshots status yang tak terduga-duga
itu muncul dalam grup tersebut.
Tulisan ini tentu saja tidak akan memaparkan
seluk-beluk grup tak senonoh itu, juga tidak akan membahas tips membully sahabat
dengan baik dan benar. Aku hanya ingin menulis salah satu hal yang mendadak terlintas di kepalaku saat dengan tiba-tiba, sekitar satu jam yang lalu, aku mendapat kiriman
screenshot status facebookku tahun 2012 lalu!
Aku
jadi ingat satu momen saat aku diminta untuk menjadi pembicara dalam sebuah
diklat organisasi kepenulisan. Tentu saja aku yang belum mempunyai pengalaman
apa-apa ini menolak dengan tegas undangan mereka sembari menunjukkan opsi lain
yang lebih baik untuk dijadikan pembicara. Namun setelah perdebatan panjang,
akhirnya aku sadar bahwa aku adalah opsi terakhir yang tersedia, karena
orang-orang yang aku sarankan tadi tidak bisa hadir terhalang kesibukan
mereka yang beraneka ragam. Aku hanya semacam Timun wungkuk jogo imbuh saja. Sebagai pilihan terakhir yang diambil saat tidak ada pilihan lain. Hemmmm, menyedihkan. Dan, karena memang tidak ada alasan lain untuk menolak, akhirnya aku menerima undangan itu. (wait,
rencanaku tadi sebenarnya paragrap ini akan kupakai untuk sedikit pamer, tapi
kok malah aku kena bully sendiri ya? Sial!!)
Singkat
cerita aku mempersiapkan diri sebaik mungkin agar performaku tidak
menggecewakan dedek-dedek emesh. Tema
saat itu adalah “Berprestasi Dengan
Menulis”. Tapi sengaja aku belokkan saja dengan materi yang lebih berbau “Ayo Menulis”. Ada dua alasan dari pembelokan
ini, pertama karena aku tidak punya prestasi apapun dalam bidang menulis,
sehingga kalau aku tetap memberikan materi itu, aku akan merasa membohongi dedek-dedek emesh panitia yang
mengundangku. Alasan kedua, aku ingin mereka yang hadir disana mulai menulis
saja dulu. Tidak perlu muluk-muluk ingin berprestasi. Menulis saja, entah itu curhatan receh, diary, essay, pemikiran atau hasil
observasi dan permenungan mereka. Tulisakan saja, ndak perlu takut tulisan jelek, karena bagaimanapun juga, namanya
memulai, apalagi menulis ya pasti jelek!
Nah,
lantas apa hubungan pengalaman menjadi pembicara itu dengan grup WhatsApp tadi? Ternyata bahan bully-an
yang diambil dari medsos itu mengingatkanku pada pertanyaan pancinganku pada
peserta diklat. Saat itu aku bertanya:
“Bagaimana
perasaan kalian saat melihat status atau foto kalian di facebook lima atau sepuluh tahun yang lalu?”
Pertanyaan
yang tentu saja membuat seisi kelas cekikikan membayangkan status atau foto lebay mereka dulu. Aku menikmati momen
kegaduhan kelas itu sejenak, sebelum akhirnya memotong gemuruh kelas itu dengan
pertanyaan lain.
“Apakah
kalian tahu bahwa saat ini telah ada alat yang membuat kita bisa hidup dua
kali?” sebuah pertanyaan yang membuat kelas sedikit tenang.
“TULISAN!” sahutku sendiri.
Iya,
tulisan adalah media yang paling ampuh dan super canggih yang memungkinkan kita
untuk dapat hidup dua kali. Kehidupan pertama adalah saat kita mengalami kejadian
tersebut, dan kita mau menuliskannya. Sedangkan kehidupan kedua adalah saat kita
membaca kembali cerita yang telah kita tulis itu suatu saat nanti.
Bisa jadi kita tersenyum sendiri membaca kegundahan kita yang sangat receh tapi kita anggap sangat berat kala itu. Kita bisa saja terpingkal-pingkal mengingat kejadian yang terekam dalam setiap kata dalam tulisan kita. Atau mungkin, kita bahkan bisa menangis mengingat nestapa yang terekam dalam cerita tersebut. #halah....
Bisa jadi kita tersenyum sendiri membaca kegundahan kita yang sangat receh tapi kita anggap sangat berat kala itu. Kita bisa saja terpingkal-pingkal mengingat kejadian yang terekam dalam setiap kata dalam tulisan kita. Atau mungkin, kita bahkan bisa menangis mengingat nestapa yang terekam dalam cerita tersebut. #halah....
Tulisan
memang sebuah hal ajaib yang mampu menjelma sebagai portal yang membawa kita
bertamasya ke masa lalu. Tulisan juga mengijinkan kita untuk dapat menyelami momen berharga yang terlintas dalam kehidupan kita, melemparkan kita pada
area yang enggan kita lupakan maupun yang sangat ingin kita lupakan, atau sekedar menghangatkan lagi perasaan yang sudah terlalu dingin. Tulisan adalah bukti
sejarah personal yang merekam kehidupan kita dengan sangat baik.
Oleh karena itu, tuliskan saja apa yang ada dalam pikiran kita saat ini, lalu bacalah tulisan tersebut lima atau sepuluh tahun mendatang. Karena dengan itulah kita akan merasakan sensasi hidup dua kali! Sama seperti saat satu jam yang lalu aku tertawa terpingkal-pingkal melihat screenshot status FB, yang kutulis pada jaman jahiliyah, yang dikirim oleh salah satu anggota grup WhatsApp 'gila' itu!
Oleh karena itu, tuliskan saja apa yang ada dalam pikiran kita saat ini, lalu bacalah tulisan tersebut lima atau sepuluh tahun mendatang. Karena dengan itulah kita akan merasakan sensasi hidup dua kali! Sama seperti saat satu jam yang lalu aku tertawa terpingkal-pingkal melihat screenshot status FB, yang kutulis pada jaman jahiliyah, yang dikirim oleh salah satu anggota grup WhatsApp 'gila' itu!
Wahh tidak pernah terpikirkan sebelumnya, sangat inspiratif jadi makin semangat buat nulis :D
ReplyDeleteWehehe siap mas... Semangat menulis!! :D
Deletekalau aku boleh kasih analogi lain, tulisan itu semacam "mesin waktu" yang bisa membawa kita ke waktu manapun yang kita mau. btw lek upload iku sing tepat waktu!!!
ReplyDeleteWkwkwk siap.... Next time tepat waktu kok :v
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletepanutanqueeh...
ReplyDeleteaq paham siapa yg ngirim screenshoot om, soulmate kmu kan, si Do'i. wkwkkk..sorry ma bro bcanda hee...
btw, tulisan kmu ngangenin om. sukaaaak.
"yang fana adalah waktu, kita abadi " kata Sapardi
Wwkwkw you know lah bro.. Tengkyu bro terus menulis bro, biar pas tua nanti kita bisa tamasya ke masa muda kita hehe
DeleteNice phylosophy luk... (pakek k ato pakek q?)
ReplyDeletePake "Q" bu, hehe. Makasih bu guru... Ini juga gara2 keinget pelatihan kemaren, "no document, no history"
Delete"Dedek dedek emesh"? Man... -_- hehe boleh juga nih.. kadang kalo baca catatan harian atau tulisan-tulisanku dulu(dari kecil, yg sekarang udah entah kemana) suka inget masa lalu dan kadang senyum - senyum sendiri haha
ReplyDeleteUhuk... Itu frasa yang aku coret loh padahal... Jangan di ulang2 :v... Iyes nov, coba scroll status FB jaman SMA dulu... Pasti bergidik jijik wkkw
DeleteMantap bray,,, jadi semangat nih, tambah semangat lagi buat meningkatkan kadar bully an. Ntapsss,. .btw, jadi pgn ubek" Fb ente :v
ReplyDeleteIki tersangka e muncul 💩
DeleteWahahaa
ReplyDeleteNulis terus loh... No excuses!
DeleteIya pak Guru. Sebenere mau nulis disini banyak, tp gak seru kalau gak ngomong langsung. Hahaaa
DeleteAlay ah
DeleteMenurutku menulis tidak membuat kita hidup dua kali, melainkan 3, 4, 5, 100 kali, bahkan selamanya. Pastinya, akan datang masa ketika kita tak lagi mampu membaca tulisan kita. Meski demikian, kita akan tetap hidup walau di generasi2 berikutnya.
ReplyDeleteNah, that's the point mbak... Makanya kita gaboleh malas nulis.. Kita punya ttadisi lisan yang kuat, sayangnya tradisi menulis kita masih rendah.
Deleteaku kira cuma FOTO yg bisa jadi bukti bisu sejarah.
ReplyDeleteternyata tulisan juga, atau bahkan lebih so sweet.
klo foto mungkin hanya si pemilik foto itu saja yang bisa ngerasain perasaan dr foto itu, tapi kalau tulisan, kita juga bisa berbagi perasaan sejarah itu dengan orang lain.
nice post, dan memotivasi (untuk nge-bully grup chat alumni :D)
Hehe iya Elok. Dokumen, baik berupa foto, rekaman, film, ato tulisan pasti bisa membawa kita ke mana saja dari bagian hidup kita... Tapi semua punya kadar dan efeknya masing2.. Bagiku diantara semua jenis dokumen itu, tulisan lah yang paling yahud. Soalnya kayak katamu tadi, perasaan macam apapun bisa dituliskan disana. And, it enables others to understand us #kepanjangan.
Delete