Ruqyah

Ada sebuah sungai yang cukup besar yang membelah desaku menjadi dua sisi. Di sungai itu, dulu, aku seringkali menghabiskan waktu. Biasanya dengan mandi disana dengan kawan kecilku, bermain lempar batu atau mengambil isi bubu milik entah siapa. Di musim kemarau, saat air sungai menyusut dan menyembulkan pasirnya, tempat itu berubah fungsi menjadi lapangan bola bagi kami. 

Sungai itu juga merupakan ladang rejeki untuk beberapa orang. Mereka mengambil pasir dari sungai tersebut dengan alat tradisional. Memikulnya dan mengumpulkannya di atas bantaran sungai. Pikul demi pikul. 

Saat ini, terbaring satu jembatan baru. Dari sana, ketika pagi, kamu bisa memergoki mentari yang baru terbangun. Masih merah, seperti telur ceplok. Sangat indah. Dan disanalah, di sungai itu, sebagian memori masa kecilku tersangkut.

_____

Beberapa tahun terakhir ini manusia sudah mulai tak ramah dengan sungai itu. Belakangan, para pengusaha ikan mulai membuang air rebusan ikan yang berbau sangat menyengat ke sungai tersebut. Mereka kebanyakan bukan orang desaku. Hanya saja, karena memang letak desa dan sungai tersebut dekat dengan pasar ikan, maka pilihan untuk membuang limbah jatuh disana. Memang mereka diwajibkan untuk membayar uang limbah untuk setiap aktivitas pembuangan, namun tetap saja dampak lingkungan tidak bisa dielakkan.

Selain limbah ikan, hal yang lebih mengkhawatirkan adalah sampah popok yang mulai sering terlihat mengotori sungai. Entah siapa dan orang dari mana yang sampai hati membuang popok-popok ber Tai tersebut di sungai. Aku pernah sekali mendapati seorang yang dengan santainya membuang sekantong besar popok disana. "Plung," lalu tancap gas. Hilang. Seolah tak merasa bersalah dengan apa yang barusan dilakukannya. Hemm... Rasanya, ingin sekali aku meruqyah orang-orang seperti itu! 

Perkara popok bukanlah hal yang sederhana. Menurut riset Bank Dunia tahun 2017, dikatakan bahwa 21% dari total sampah yang ada di lautan adalah popok! Hal ini menempatkan popok sebagai juara dua penyumbang sampah terbesar di laut. Popok-popok tersebut tentu saja berasal dari sejenis orang yang ingin aku ruqyah tadi. Mereka membuang popok di sungai, dengan tanpa rasa malu! Hal ini menjadikan popok sebuah momok menakutkan untuk sungai-sungai di Indonesia, terutama di Jawa. Ecoton, sebuah LSM yang berkutat di isu lingkungan, memperkirakan bahwa ada 3 juta popok yang dibuang di sungai Brantas tiap harinya! *Ngelusdada. 

Selain fakta tersebut, popok nyatanya sangat berbahaya bagi kelangsungan ekosistem air. Kandungan senyawa kimia Super Absorber Polymer yang terdapat di popok dapat berubah menjadi gel yang mempengaruhi hormon pada ikan atau bahkan membunuh ikan tersebut. Hal ini berimplikasi panjang. Penasaran? Monggo gunakan kuota internet kalian untuk berselancar ke dunia popok.

Sekarang, mari berpindah dari popok ke plastik. Plastik sekali pakai masih menjadi teror besar bagi lingkungan. Bayangkan, menurut data LIPI, setiap tahunnya laut Indonesia mendapat kiriman sebesar 100 ribu hingga 400 ribu ton sampah plastik. Ini berarti ada sekitar 33 ribu sekian ton plastik perbulan, dan seribu sekian ton perhari! Bila rata-rata berat gajah adalah satu ton, maka bisa diilustrasikan seribu sekian gajah mengambang memasuki lautan Indonesia setiap harinya. Pemandangan yang fantastis, kan? 



Permasalahan sampah ini juga berbuntut panjang. Sampah yang hanyut di laut akan dimakan oleh biota laut. Hasilnya seperti banyak tersebar di video viral saat ini, dimana banyak satwa laut terdampar mati dengan temuan tumpukan sampah dalam perut mereka. 

Selain itu, mikroplastik, plastik berukuran mikroskopis hasil pecahan plastik besar, juga menjadi ancaman nyata. Endapan mikroplastik pada ikan menjadikan ikan menjadi kurang sehat untuk dikonsumsi. Mikroplastik yang sulit untuk diurai tersebut akan mengendap di dalam tubuh dan bisa menjadi pemicu kanker. Hemmm..... Ngomong-ngomong, seorang peneliti LIPI memperkirakan bahwa tahun 2050 jumlah satwa laut akan dilampaui jumlah sampah plastik, loh. Di waktu yang sama jumlah plankton juga diramalkan akan kalah dengan jumlah mikroplastik! Prediksi yang wadaw sekali. 

Masih terkait dengan persoalan diatas, pernah dengar Pacific Trash Vortex atau Great Pacific Garbage Patch? Ini adalah istilah untuk semacam makanan yang dibuat dari adonan tepung sagu, putih telur Komodo, kulit durian dan sedikit kenangan. Bercanda, hehe... 

Jadi ceritanya, diantara Hawaii dan California  ada 'pulau terapung' yang luasnya mencapai 1,6 juta kilometer persegi, dan terus bertambah. Luas ini hampir sama dengan luas daratan indonesia yang mencapai 1,9 juta kilometer persegi. Permasalahannya adalah, 'pulau terapung' tersebut terbentuk dari sampah! Bisa ditebak, plastik menjadi juara satu disitu. 

Ini adalah sampah-sampah dari daratan yang terakumulasi oleh arus. Mereka terkumpul dan menjadi sebuah pemandangan yang amat menyesakkan dada. Inilah yang oleh para environmentalists disebut Pacific Trash Vortex atau Great Pacific Garbage Patch. 

Tahun 2018 kemarin, The Ocean Cleanup Foundation memperkirakan jumlah sampah Pasific Trash Vortex telah mencapai 87.000 ton! Ingat ya, ini baru sampah yang terapung saja, belum diakumulasikan dengan sampah-sampah yang tenggelam dan tersebar di penjuru lautan. Itupun belum angka final. Jumlah itu semakin hari semakin bertambah dengan percepatan yang wow! Bila tidak ada tindakan konkrit, bisa jadi isi dari laut kita nantinya adalah sampah. Kan nyesek, ya, kalau kita pas enak-enak snorkeling, tiba-tiba ada popok, plastik, atau mantan yang hanyut di depan kita. Heheu.... 

Masalah sampah adalah polemik yang tidak berkesudahan. Selama ada manusia, selama itu pula ada sampah. Namun, masalah sampah juga bukan sesuatu yang mustahil untuk diatasi. Daripada menyalahkan orang lain, ayo kita mulai dari diri sendiri. Mulai sekarang, coba bawa kantong sampah kecil kemanapun kita bepergian, pakai botol air yang bisa dipakai lagi, mulai diet plastik, dan jangan buang sampah sembarangan apa lagi di sungai!

______

Pesanku, tolong nanti kalau ketemu orang yang buang sampah di sungai, entah popok atau apa, dekati dia. Pegang kepalanya pelan-pelan, tatap matanya dalam-dalam, lantas, mulailah bacakan ayat-ayat suci. Ruqyahlah pembuang sampah tersebut! Semoga dengan begitu, nantinya dia sadar dan kembali ke jalan yang benar. 

Salam Lestari! 

Merdeka (dari sampah) ! 


25 Mei, Puasa ke 20.

Comments

  1. 👍👍👍 selalu cucok kalo udah khususon soal lingkungan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih bagus lagi klo disertakan foto lingkungan dengan kondisi terkini. coz a picture is worth a thousand words.

      Delete
    2. Siyab pak Yance.. Terima kasih sudah mampir :)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts