Cicak itu



                Tengah malam kali ini benar benar dingin, lebih dingin dari malam malam sebelumnya.  Udara seakan menggigit dan menusuk menembus kulit ari dan tulang yang membuat gigi gemeratakan karena berusaha menahan dinginnya udara. Aneh memang, di daerah sehangat ini, di daerah khatulistiwa yang terkenal akan kehangatannya, rasa dingin bisa begitu mencengkram, seakan menguliti setiap inchi dari bagian tubuh. Hawa yang sangat cocok untuk tidur, bersantai, atau mengobrol dengan kawan karib sambil menikmati kopi panas.
Ahh kawan karib.

 Kata yang sangat familiar dan indah. Indah karena tiap orang pasti punya seorang karib, tempat dia menghabiskan masa kecilnya. Kalo dipikir, lama sudah aku berpisah dengan kawan karib ku. Kawan-kawan yang dulu bercita cita setinggi lagit tanpa melihat keadaan diri. Melangkah bersama dalam keakuan dan kesombongan konyol. Tertawa lepas tanpa batas dan  bertingkah seakan raja yang tidak peduli dengan keadaan sekitar. Menjelajah daerah baru dan mengklaimnya sebagai derah temuan kita, serta menamainya sesuka hati. Ahhh indah sekali persahabatan itu. persahabatan yang mengisi masa kecilku. Sahabat-sahabat karibku.
***
                Saat ini aku sedang berada di kontrakan ku yang baru setelah beberapa bulan sebelumnya aku tinggal di kosan. Yah saat ini aku tinggal agak jauh dari rumah karena statusku sekarang adalah seorang mahasiswa. Aku sedang belajar di salah satu universitas negeri favorit di Malang. Aku sangat bersyukur bisa belajar di sini, di tempat yang diinginkan oleh banyak orang. Di tempat yang sebenarnya tidak pernah terlintas di pikiranku sebelumnya.

 Aku memang masuk kuliah agak terlambat bila dibandingkan dengan teman-teman sebayaku. Itu semua terjadi karena aku memutuskan untuk menunda kuliahku dan lebih memilih bekerja terlebih dahulu, untuk merasakan bagaimana kerasnya hidup yang sebenarnya. Pengalaman yang ku ais itu juga sebenarnya telah menyita waktuku yang berharga. Membuatku jauh dari keluarga dan kawan-kawanku. Tapi tak apalah, itu semua telah mengajarkanku arti perjuangan sebenarnya, arti kerinduan, arti kehidupan dan arti arti yang lain yang sangat tidak mungkin bisa didapat di bangku sekolah manapun!

Pahit memang bila dirasa, tapi itu semua adalah pembedaku dengan yang lain. pahit memang, tapi sungguh sangat manis untuk dikenang karena kata guruku, semakin pahit pengalaman, akan semaikin manis untuk dikenang. Dan itu benar! Saat ini aku tinggal bersama teman teman baruku, teman teman yang usianya cukup jauh dibawahku. Mereka masih dengan dunia mereka sendiri, hampir seakan tidak ada beban di pikiran mereka (maap ya temen yang kebetulan baca). Hehe aku mengerti, karena akupun melakukan hal yang sama di usia mereka dulu. Dan akupun harus menyesuaikan diriku dengan mereka, walaupun aku kadang jengkel juga dengan mereka :D. Tapi walaupun demikian, mereka adalah teman yang sangat baik. 

   Malam ini, setelah beberapa lama bercengkrama dalam hangatnya persahabatan dengan teman baruku, rasa kantuk mulai menyerangku. Akupun undur diri dari percakapan dan candaan yang renyah tersebut. Entah berapa lama aku terlelap dalam alam tidurku hingga aku terbangun oleh rasa dingin yang sangat. Rasa dingin yang membuat ginjal bekerja lebih cepat, dan memproduksi cairan kemih yang lebih banyak, memaksa aku segera ke belakang untuk menuntaskannya (kencing :D).

 Segera setelah keluar kamar, aku dapati teman temanku yang sedang terlelap dalam indahnya mimpi masing masing. Mimpi mimpi yang entah mereka ingat atau tidak ketika mereka terbangun esok harinya. Sepintas kucermati wajah teman teman baruku ini satu persatu. Lucu. Aku tersenyum membayngkan diriku saat seusia mereka, ketika aku sedang ada di kampung orang, belajar dan akhirnya merantau ke kota besar. Ah semua terlalu indah untuk dikenang. Setelah beberapa saat bernostalgia dengan pikiranku dulu, aku langsung menuju tujuan utamaku, kamar mandi. 

Sejenak, kuamati sudut sudut dari kamar mandi tersebut. Tiada yang special dari kamar mandi ini, semua sangat biasa. Cat cat yang sudah mengelupas, kusam, dinding semen yang termakan usia, dan beberapa sarang laba laba yang semua tercampur indah dalam balutan lampu neon kuning yang cukup terang. Ketika aku sedang melihat sekeliling, pandanganku seketika terpaku pada pojok atas kamar mandi ini. Bukan, bukan hantu atau apa pun yang menyeramkan yang tertangkap oleh mata ini, tapi yang menyita perhatianku saat itu adalah cicak. Aku tak tau mengapa aku sangat tertarik memperhatikan makhluk yang hidupnya selalu menempel pada tembok ini. Tatapanku terasa agak lama mematung terhadap hewan itu. 

Tanpa kusadari, entah bagaimana, pikiranku melayang ke kembali ke masa kecilku. Masa masa konyol namun indah, masa diamana aku menghabiskannya dengan karib ku, ah iya aku tau sekarang kenapa aku tertarik untuk mengamati cicak ini. Cicak ini melambungkan angan ku terhadap kawan karibku di kampong. Iya seberkas kenangan usil yang dulu sering kami lakukan mulai terkumpul menjadi satu saat aku memandang cicak ini.
***

    Pondra. Begitulah aku memanggilnya. Nama lengkapnya pondra Irawan. Dia adalah teman karibku, tetanggaku, sekaligus temanku bermimpi. Dulu kami bagaikan dwi tunggal yang sangat lengket, sangat-sangat lengket. Dimanapun aku berada, dia selalu ada. Kami menantang semua hal, kami tidak takut apapun selama kami berdua. Heehhee kenangan itu muncul lagi. Banyak sekali kenangan dan kenakalan yang aku habiskan bersamanya. Indah. Kenakalan yang sungguh indah, yang memakan banyak korban tidak berdosa, termasuk makhluk yang sedang aku amati ini. Benar, CICAK!!.

                Dulu ketika kami masih kecil, banyak sekali para wanita di kampong kami yang pergi mengadu nasib ke negeri orang, kebanyakan hongkong. Sebagian ada yang memilih Arab, Abu Dabhi, ataupun UEA, tapi entah mengapa Hong Kong, yang merupakan Negara dengan keyakinan berbeda itu, menjadi pillihan terpopuler saat itu. Tapi karena itulah kenangan ini terjadi. Kenakalan yang cukup membuatku heran dan tersenyum mengingatnya. 

Biasanya, para TKW dari desa kami, ketika mereka cuti atau habis masa kerja mereka dan pulang kerumah masing masing, mereka akan membawa beberapa oleh-oleh yang pasti akan langsung diserbu oleh anak anak kampong. Sederhana memang oleh olehnya, kadang hanya coklat, snack, mainan bekas anak majikan disana atau hanya obat obatan herbal yang tak jelas khasiatnya. Aku masih sangat ingat ketika tetanggaku baru pulang dari Hong Kong, dia memberikan bingkisan kepada kami. Saat itu ikut membuka bingkisan itu dan menemukan semacam obat yang baunya sangat tidak enak. Obat ini berbentuk bulat kecil seukuran pentolan korek api dengan warna coklat. 

Obat yang ternyata setelah aku tanyakan adalah obat mencret itu, dikemas dalam kemasan berbentuk tabung bening berukuran 7 senti dan ditutup rapat dengan tutup putih. Karena baunya yang sangat menyengat itulah, kami sering iseg menciumkan obat itu kepada anak lain. dan pasti anak anak tersebut langsung marah, dan bahakan ada yang ber-acting seperti ingin muntah. (Sampai sekarang aku tidak tahu apakah itu serius atau hanya candaan hiperbola belaka).

 Setelah puas mengerjai anak anak seumuran. Aku dan karibku ini mulai ber eksperimen dengan korban baru. Masih jelas dalam ingatan pada saat itu rumah kami tidak hanya ditinggali oleh manusia saja. Banyak sekali penghuni lain yang ada di sana, salah satunya cicak. Memang kadang kami merasa keberadaan cicak ini merupakan hubungan yang biasa disebut simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Yah menguntungkan karena secara tidak langsung, mereka mangurangi jumlah nyamuk yang ada di rumah. Namun kadang, atau tepatnya seringkali hubungan ini berubah manjadi simbiosis parasitisme. Alasannya adalah kotoran cicak itu. Kotoran dari cicak ini sungguh menggangu. Karena itulah aku benci dengan makhluk ini. 

Akupun akhirnya punya ide gila dengan hal ini, dan mengajak karibku untuk melancarkan ide tersebut. Kami sepakat untuk memberikan pil-pil mencret yang bau tersebut kepada cicak cicak yang hobi buang hajat sembarangan itu. ya memang iseng yang keterlaluan, tapi kami berpikir mungkin dengan pil-pil itu, para cicak berengsek itu tidak akan buang hajat sembarangan lagi! 

Kamipun mulai membuat alat yang bisa dipakai untuk melancarkan aksi tersebut. Mudah, kita hanya menggunakan bambu yang sudah dibilah, itu saja. Ketika malam tiba, kami mulai mencari sasaran kami. Ketika melihat banyak cicak yang menempel di dinding bagian luar rumah, kami langsung berlari dengan menempelkan senjata kami ke dinding dan manyapukannya kearah cicak-cicak itu. Seketika itu juga cicak-cicak itu berjatuhan ke tanah, dan seketika itu pula kami berlarian menangkapnya. Beberapa yang kena langsung kami masukkan toples. 

Setelah beberapa kali percobaan, kami akhirnya merasa puas. Sekarang saatnya untuk “mengobati” cicak cicak nakal tersebut. Kami ambil satu persatu cicak cicak tersebut dan kami “suapi” mereka dengan pil-pil bau itu. Satu cicak mendapat jatah empat sampai lima pil!!!. Setelah memaksa cicak itu melahap semua pil pil itu, kami mengurut urut urut perut para cicak tersebut, untuk memastikan bahwa obat itu tertelan sepenuhnya. 

Seketika korban keisengan kami itupun lemas. Terbesit perasaan iba kala melihat kelemasan cicak itu, namun secepat kilat aku teringat pada kotorannya yang sangat mengganggu, apalagi ketika kotoran itu jauh tepat di sajadah, sarung atau alat penting lainnya. Sungguh menyebalkan! itulah yang mengalahkan rasa kasihan tersebut. Kami tertawa melihat itu semua, dalam hati aku berkata ini adalah balas dendamku pada makhluk ini. 
***

                Senyum mengembang ketika kepingan memori kenakalan itu mulai terkumpul. Entah bagaimana makhluk ini telah me restore salah satu file memori dari hard disk yang ada di otakku yang tidak dapat di delete dengan mudah. Kini, aku dan karibku mengambil jalan yang berbeda untuk menggapai mimpi kami. Aku memutuskan untuk belajar setelah sebelumnya sempat bekerja, dan dia memutuskan untuk bersekolah singkat dan bekerja di laut menjadi staff di kapal. Semua orang punya kenangan, semua orang punya mimpi, dan semua orang punya hak yang sama dengan jalan berbeda untuk menggapainya.
Bagiku, karib adalah salah satu motivasi untuk mimpi besarku. Janji dan mimpi yang kami buat akan terus menjadi sumber semangat dan inspirasi yang tak pernah kering.


Comments

Post a Comment

Popular Posts