PIKUN
Alzheimer’s, penyakit otak yang menyebabkan hilangnya ingatan, kemampuan
berbicara, kemampuan bergerak serta kemampuan untuk berfikir secara logis
secara perlahan, yang menurut teori cenderung menyerang orang tua, nampaknya
juga telah sedikit menyapa diriku. Mungkin wajar dan pasti kita pernah
mengalami ketika tanpa sengaja kita menemukan uang receh ato seribuan di
kantong kita saat bokek dan kita langsung salto dan koprol ke timur, barat,
selatan, utara saking senengnya padahal jelas-jelas kita sendiri yang naroh
uang itu di saku kita dan lupa mengambilnya. Mungkin juga sering kita kelupaan
naruh kunci motor kita, dan bingung sampe nangis tak tau harus cari kemana,
padahal saat itu kunci motor sudah nancap di motor sendiri. (dan pasti pas tau
kalo ternyata kuncinya nempel di motor, kita senyum-senyum gak jelas sendiri
sambil terharu dan …. Nangis lagi)
Well mungkin kelupaan kelupaan kecil wajar dialami oleh kita semua, anak
muda. Namun kelupaan (yang merupakan ameliorasi dari kepikunan) yang aku hadapi
ini bener-bener anti mainstream! Hah bagaimana tidak, bila yang wajar itu hanya
kehilangan ato kelupaan naruh uang yang ternyata ada di saku ato kunci yang
ternyata sudah nempel di motor, aku lebih parah. Aku kehilangan hape ku berkali-kali. Bahkan yang terakhir ini dalam jangka waktu 2 bulan aku sudah kehilangan
hapeku lagi, untung
saja hapeku bukan Hp mahal (smart phone). Namun walaupun begitu, ada
rasa nyesek dan jengkel juga dengan kepikunan ini.
***
Kejadianya tepat setelah aku keluar
dari perpusatakaan kampus, setelah berselancar mencari materi PR kuliah. Saat
itu hujan sehingga memaksaku untuk tinggal agak lama di perpustakaan kampus. Langit
sudah sangat gelap saat aku memutuskan untuk men-shut down laptop kesayanganku. Sekitar pukul 20.30, setelah sholat isya di mushola perpus, aku keluar dan
bersiap pulang. Masih ada segelintir mahasiswa yang asyik dengan kegiatan
mereka di gazebo depan perpus. Ada yang ngerjain tugas, ada yang jualan, ada
yang ngamen ada yang pacaran dan bahkan yang koprol kesana sini.
Mungkin sebagian hujan tadi belum jatuh sepenuhnya ke bumi. Langit masih
pekat tertutup mendung, menembunyikan perhiasan cantiknya: Bulan dan bintang. Aku bergegas men-starter motorku dan langsung cap-cus ke kontrakan karena
lapar. Nah pas hampir sampe dikontrakan, aku cari hapeku. Aku raba saku celana ku,
nihil! Aku raba saku bajuku, nihil (karena emang bajuku gak ada sakunya).
Aku mengira ini pasti terselip di tasku. Nah pas sampe kontrakan, aku geledah
tasku yang memang buaannyyak banget ruangannya ini sambil berdoa moga emang ada di tasku hapenya. Tapi memang sudah
bukan rejeki, setelah di geledah, sampe tasnya sobek menjadi beberapa bagian
pun hape yang baru kujamah selama 2 bulan itu memang tidak ada. Temanku yang
datang langsung aku suruh buat miskol hapeku tadi. Masih nyambung dan tidak
terangkat. Aku miskol lagi dan hasilnya sama. Aku akhirnya menyimpulkan bahwa
hapeku tertinggal di perpustakaan! Aku harus kesana besok pagi.
Nah singkat cerita, esok harinya setelah UAS, aku langsung pergi ke
perpus. Langsung ku temui officernya. Aku tanya mereka apakah mereka melihat
hape putih yang ketinggalan. Dan jawabanya, "tidak". Aku berpindah dan bertanya ke
bagian keanggotaan, aku tanyakan lagi, dan lagi lagi jawaban yang sama! Ah
langsung lemes dah. Sayup-sayup terdengar sura E-lite voice menyanyikan lagu
“You rise me up” dari lantai tuju FIB. Mungkin sengaja menghiburku. Hufftt sudahlah mau sedih kayak apa,
mau nangis kayak apa, mau salto kayak gimana, hape juga ga bakal balik.
Sekarang kudu belajar legowo. (di point ini aku berharap teknologi chip yang
ditanem di tubuh manusia benar-benar ditemukan, so kita ga perlu hape buat
telpon, ato laptop buat presentasi).
Hal yang menggelikan gara-gara
kepikunan ini sempat terjadi juga, dan kali ini lebih parah! Kasus ATM yang
tertelan! Ceritanya gini, pagi itu pas lagi bokek banget (dompet kosong, kering
kerontang) aku pergi ke ATM depan kontrakan buat ambil uang yang juga tinggal
200 ribu. Nah setelah klik ini itu akhirnya uang keluar. Aku masih berdiri
di depan ATM karena kartu ATM ku belum nongol. Aku mulai bingung karena setelah
beberapa saat nunggu, ATM tetap saja tidak keluar. Aku coba klik ini itu, tapi
tetap saja. Akhirnya, mungkin curiga melihat gerak geriku, pak satpam penunggu
ATM datang dan dengan senyum 3 jarinya, yang sama sekali beda sama indra bekti, menyapa dan menawarkan bantuan. Aku
yang tak mau kalah dengan senyum 3 jarinya langsung menjawab pertanyaan satpam
itu sambil senyum 5 jari! Setelah bercerita tentang apa yang terjadi, si satpam 3 jari itu langsung
berubah mimik mukanya, seolah sedih tapi terlihat dipaksakan, yang malah mirip
squitward pas dikasih jam lembur sama Mr. Crab.
Keesokan harinya aku langsung ke Jl Kawi di pusat bank B_I sesuai saran
satpam 3 jari kemarin. Setelah bertanya satpam yang kali ini lebih terlihat
cool (tanpa senyum 3 jari), dan ambil nomor antrian, aku duduk di kursi tunggu.
Cukup ramai bank saat itu. Setelah menunggu agak lama, seorang pegawai akhirnya
datang menghampirku. Laki-laki (padahal aku berharap pegawai wanita yang
berjilbab yang datang kepadaku). Tapi oke lah. Mungkin ini cobaan (opo seh
-__-). Dia mulai menanyaiku tentang alasan kedatanganku. Aku jelaskan kalo
Kartuku tertelan. Secepat kilat pegawai itu mengambilkan form yang harus aku
isi. Dia meminta KTPku untuk memastikan kecocokan data.
Nah saat aku mengambil dompet, dan membukanya, tiba-tiba petir menyambar
dengan dahsyat-lampu bank mati-dan gempa bumi terjadi,
bagaimana tidak, ternyata kartu ATM yang (aku kira) tertelan itu sudah berada
di dompetku, bertengger dengan cantik. Kaget bukan kepalang. Aku yakin,
benar-bener yakin kalo ATM tersebut belum keluar dari mesin ATM yang dijaga
satpam 3 jari tersebut.
Aku yang malu mencoba tetap
tenang, mengisi form dan mencoba mencari kesempatan. Beberapa saat kemudian,
saat si pegawai tersebut pindah ke customer lain, aku pergi menyelinap ke luar,
menuju pintu keluar yang berada sejalan ke arah toilet. Aku tidak mau melewati
pintu utama, karena pintu itu dijaga 2 satpam berbadan besar. Aku tidak
melakukan kesalahan memang. Tapi aku malu bila ditanya apa-apa sama satpam itu.
Aku keluar dan tertawa sendiri
menertawakan ke pikunan yang cukup parah ini. Benar-benar konyol. ATM, HP, dan
sering kali buku catatan; they all drive me crazy! Mungkin aku memang sudah
butuh seseorang yang mau mengingatkan aku kapanpun dan dimanapun. Mengingatkanku dan menghiburku saat sedang down. Hahaha entahlah.
Aku kadang berpikir, ketika
nonton film tentang alzheimer’s, bagaimana kalo panyakit itu ada di stadium
akhir? Apa mereka lupa kalo makan itu harus di masukkan di mulut. Kan gak lucu
kalo pas makan dan mau masukin ke mulut, tiba-tiba lupa dan sendoknya diarahin ke mata sambil
bilang ciat-ciat-ciat khas OVJ gitu? Hahah .
“Mungkin kita jengkel dengan kepikunan kita yang memang kadang kala merepotkan, namun sungguh kita kadang memerlukan itu untuk bisa melupakan sesuatu yang memang tidak butuh untuk di ingat. Kadang kita harus pikun untuk kebaikan kita kepada orang lain dan kita harus pikun terhadap kejelekan orang lain kepada kita”.
baca ini jadi inget kalo aku pernah ngilangin atm dua kali eheheh.
ReplyDeleteah gapapa mas luq, gegara lupa jadinya syukur kan ga ilang beneran :B
wah kamu parah juga ya ternyata ckckck.. ya.. selalu ada hikmah dalam semua hal
ReplyDeleteHahha.. lucu sebenernya baca ini, pdahal ngenes yaa :D
ReplyDeleteKlu aku sih jg berkali" kelupaan kontak nempel di motor 5x lbih kayaknya..
Jangan heran sim & ktmku juga udah buat 3x hahha..
Tapi pengalaman yg pling lucu itu, pas aku ke sekolah jalan kaki.. Padahal aku bw sepeda pancal.. Udah agak sorean ibukku dteng & nanyain spedaku.. Nah baru itu aku sadar klu sepedaku ketinggalan d parkir sekolah hahha..
Tpi pelupa itu tipis sama teledor deh yaa ^^v
haha kasus kamu lebih parah kayaknya..
ReplyDeletesemakin bersyukur deh Tuhan nyiptain tubuh kita secara menempel semua. bayangkan saja kalo nggak.. pergi ke kampus lupa masang hidung gitu kan bahaya haha
Yup.. Alhamdulillah ^^
ReplyDeleteJadi klu pengen gak lupaan, barang"nya dtempelin aja ke tubuh hahha