What is life for?
Sering kali kita bertanya, "Sebenarnya hidup itu untuk apa?" "Apa untuk makan?", "Untuk cari uang?" atau "Untuk senang-senang?" Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat umum dimiliki manusia dari dulu sampai sekarang. Ini adalah salah satu dari tiga pertanyaan pokok kehidupan; teko endi, arep nyapo, arep nengndi. (dari mana, mau apa, dan mau kemana kita ini-red)
Salah satu hal yang dapat dilakukan
manusia untuk meihat masa depan adalah dengan menoleh ke belakang. Menggali dan
memaknai secara dalam apa yang telah terjadi dan dilewati. Merangkai
titik-titik kenangan yang tersebar tak beraturan (connecting dots), untuk
memprediksi masa depan kelak.
Dan saat mencoba melihat ke belakang,
dan inilah yang aku temukan;
****
Saat itu aku yang masih berusia 4
tahun, usia yang membutuhkan kasih sayang keluarga yang utuh, telah harus
merelakan diriku ditinggal sosok yang dibutuhkan oleh semua anak seusia itu; Ayah. Benar sekali, Tuhan lebih menyayangi Ayahku daripada kami sendiri,
sehingga Dia telah memanggilnya diusia yang relative masih muda. Disaat
bersamaan, ketiga kakakku sedang mengenyam pendidikan di bangku SMA, sedang ibuku mungkin baru
berusia sekitar 34 tahun-an.
Aku sendiri saat itu tidak mengerti apa-apa.
Aku tidak mengerti apa itu mati, aku tidak mengerti apapun tentang pikiran
orang dewasa. Bahkan tetanggaku bercerita kepadaku bahwa aku hanya terdiam dan
menatap aneh kakak dan keluargaku yang menangis sesenggukan melepas kepergian
ayahku. Yang bisa aku ingat hanya samar samar; tangisan orang-orang terdekat,
kumpulan orang yang datang untuk menghibur keluargaku, keranda hijau
bertuliskan aneh dan hujan yang sangat deras, sunggh sangat deras, mungkin
hujan itu pulalah yang berhasil melunturkan tinta-tinta memori yang menempel di
otakku ini.
Sejak saat itu aku telah menjadi
lelaki satu-satuya di keluargaku, wakil dari keluargaku walaupun aku masih
berusia 4 tahun. Saat itu pulalah, aku merasakan nilai indahnya berbagi. Setiap
kali aku, ibuku dan kakak-kakakku berkunjung ke tempat saudara, setiap kali itu
pulalah mereka memberikanku sekedar uang permen. Itu sudah cukup membuatku
memamerkan gigi ompongku saat itu.
Kadang ketika ada tetangga yang sedang
berhajat, mereka sering mengundangku beserta teman-temanku yang bernasib sama untuk sekedar duduk dan mengucapkan
“amin” untuk tiap doa yang meluncur dari bibir sang Imam. Setelah semua
selesai, amplop putih berisi uang ribuan sampai puluhan ribupun berpindah ke
genggaman kecil kami.
Aku sempat “menikmati” keadaan ku saat
itu, apalagi ketika bulan ramadhan datang. Banyak sekali rejeki yang datang
kepadaku, mulai sekedar beras, sampai amplop-amplop uang. Dan itu berlanjut
sampai hari raya tiba. Aku senang, walaupun juga terkadang bingung, mengapa ibu
dan kakak-kakakku selalu menitikkan air mata mereka ketika bulan suci dan idul
fitri datang.
****
Semakin kesini, aku baru menyadari apa
alasan yang mendasari para tetangga, saudara, atau pengurus masjid yang
memberikanku uang, serta alasan tentang air mata keluargaku itu.
Seiring bertambahnya usia, pengalaman,
ilmu dan juga kedewasaan, aku, semakin memahami bahwa sesuatu yang sangat indah
itu telah mengalir dalam darahku. Sesuatu yang indah yang mungkin sangat sepele
–BERBAGI-. Inilah mungkin jawaban atas pertanyaan arep nyapo “untuk apa hidup ini?” yang
sering terngiang di kepalaku.
Aku ingin memberi, seperti apa yang tetangga, saudara, hingga takmir masjid lakukan
padaku dulu. Aku ingin berbagi, dan membuat orang tersenyum bahagia sebagaimana
bahagianya aku dulu saat amplop kecil berisi sedikit uang berpindah ke
tanganku.
Aku ingin berbagi; karena aku percaya
bahwa hidup yang indah adalah hidup yang bukan hanya untuk diri sendiri.
"The beauty of life does not depend on how happy you are, but how happy others can be, because of you"
kalau kamu lagi galau harus apa dan bagaimana, kayaknya kamu harus baca tulisan ini. hehehe. di antara semua tulisanmu di blog, tulisan ini bukan yang paling bagus, tapi tulisan ini yang paling aku inget dan gatau udah berapa kali kubaca. hhehe. pernah kukutip kalimat terakhirnya waktu pertama kali kita chat hahaha, tp kamu pasti lupa wkwkw :)))))
ReplyDelete